Ada beberapa versi mengenai asal muasal pemberian nama Pinrang yang berkembang di masyarakat Pinrang sendiri.
Versi yang pertama menyebut bahwa Pinrang berasal dari bahasa Bugis yaitu "Benrang" yang artinya "air genangan" bisa juga diartikan sebagai "rawa-rawa". Hal ini dikarenakan pada awal pembukaan daerah Pinrang yang tepatnya saat ini di pusat kota kabupaten Pinrang masih berupa daerah rendah yang sering tergenang dan berawa.
Dahulu penduduk di daerah ini kerap berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat lain karena kondisi Pinrang yang selalu tergenang air. Setelah ditemukan tempat yang pas dan tidak lagi tergenang air, akhirnya ditetapkan nama daerah ini Pinrang.
Versi kedua menyebutkan bahwa pada peristiwa terjadinya peperangan antara kerajaan Sawitto vs Gowa pada tahun 1944.
Pada waktu itu, kerajaan Sawitto dikalahkan oleh kerajaan Gowa karena memiliki massa yang memang jauh lebih banyak. Untuk membuktikan kemenangan, kerajaan Gowa pun menahan raja Sawitto yang bernama La Paleteang. Mengetahui hal itu, kerajaan Sawitto akhirnya mengutus 2 orang to berani (orang pemberani) yaitu To Lengo dan To Kipa' untuk membebaskan raja Sawitto. Usaha kedua to berani tidak sia-sia, mereka berhasil membawa pulang raja Sawitto kembali ke bumi Lasinrang.
Ketika raja La Paleteang bebas dari pengasingan kerajaan Gowa berkat bantuan to berani disambut gembira oleh rakyatnya. Namun, mereka terheran-heran karena muka sang raja berubah dan mereka berkata "Pinra bawangngi tappana puatta pole Gowa", yang artinya berubah saja wajahnya tuan kita dari Gowa. Akhirnya setelah itu rakyat mulai menyebut daerah tersebut sebagai Pinra yang artinya berubah, kemudian masyarakat setempat mengubah penyebutan tersebut karena intonasi dan dialek bahasa Bugis sehingga menjadi Pinrang.
Kabupaten Pinrang pada masa pemerintahan Hindia-Belanda merupakan daerah Onder Afdeling Pinrang dimana terdapat 6 Arung Tungke' (pemerintahan tunggal) yang terdiri dari kerajaan Suppa, Sawitto, Alitta, Letta, Batu Lappa dan Kassa. Yang sebelumnya merupakan anggota konfederasi kerajaan massenrengpulu (Letta, Kassa dan Batu Lappa) sedangkan Ajatappareng (Sawitto, Alitta dan Suppa), ini merupakan bagian dari siasat adu domba kolonial untuk memecah persatuan di Sulawesi Selatan. Pemilihan nama Pinrang sebagai nama wilayah dikarenakan daerah Pinrang merupakan tempat berkumpulnya keempat raja tadi dan sekaligus tempat berdirinya kantor Onder Afdelingeen (kantor residen). Selanjutnya Onder Afdeling Pinrang pada zaman pendudukan Jepang menjadi Bunken Kanrikang Pinrang dan pada zaman kemerdekaan akhirnya menjadi Kabupaten Pinrang.
Yang menjadi raja terakhir dari 6 kerjaan itu yaitu :
- Suppa (Andi Abdullah Bau Massepe)
- Sawitto (Andi Zakiah yang dijalankan oleh suaminya, Andi Makkulau)
- Alitta (La Bode Arung Alitta)
- Letta (Puang Talluttombinna, Arung Letta)
- Batu Lappa (Andi Padinring Puang Tarokko)
- Kassa (A. Tjoppo 1939-1952)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar