Semoga kalian membuka tulisan ini tidak bosan membacanya sampai terakhir karna diakhir paragraf nanti kalian akan menemukan seorang jomblo yang mati tragis.. wkwkwk
Malam minggu terakhir di bulan ini, salah seorang jomblo menghabiskan waktunya menonton bola. Sambil menonton dia mencoba bermain-main dengan pikirannya untuk belajar filsafat, Ngeri juga jomblo yang satu ini. Mari kita masuk ke dalam pikiran jomblo yang satu ini. heuheu
Pikirannya berkata apabila kita menonton satu pertandingan sepak bola, maka kita harus pisahkan dlu mana pemainnya, mana yang masuk club ini, mana yang masuk kumpulan itu, dan lain-lain. Kalau tidak begitu, kita akan bingung. Kita tidak bisa tahu siapa yang kalah dan siapa yang menang. Mana yang baik permainannya, mana yang tidak.
Seperti itulah proses kerja filsafat yang memiliki ratusan buku itu, maka untuk mempelajarinya kita harus memisahkan arah pemikiran para ahli filsafat terlebih dulu. Karna kalo tidak, kita akan kebingungan dalam mempelajarinya, kita juga tidak akan bisa memisahkan mana yang benar dan mana yang salah. Seperti para pemain sepak bola tadi bakal kacau balau, tidak tahu apa maksudnya masing-masing, seperti itu juga nanti di pandangan kita para ahli filsafat berkata semua-maunya saja, tidak ada pangkal dan tidak ada ujungnya.
Salah satu tokoh yang bisa dijadikan penunjuk jalan adalah Engels. Disini Engels memisahkan para ahli filsafat dari zaman Yunani sampai pada masa hidupnya MARX-ENGELS dalam dua formasi. Formasi pertama dia memperoleh kaum idealis yang bertentangan dengan formasi kedua yaitu kaum materialis, seperti dua keseblasan yang saling bertentangan dalm suatu pertandingan sepak bola. Kaum idealis umumnya berpihak kepada kaum yang kaya dan berkuasa, sedangkan kaum materialis berpihak pada proletar dan kaum tertindas. Kadang-kadang perlawanan secara sembunyi, juga kadang terang-terangan. Seperti pada riwayatnya perjuangan proletar dan kapitalis dalam politik. kadang-kadang idealis proletar tapi materialis di dalamnya, begitu juga sebaliknya. kadang-kadang materialis di luarnya, tetapi di dalamnya idealis.
Menurut pemikiran si jomblo ini dengan menggunakan pemisahan yang dilakukan oleh Engels, maka pada formasi idealisten, kita akan menemui para pendahulu seperti Plato, Hume, Berkeley yang berujung pada Hegel. Pada formasi materialis, kita akan menemui Hereklit, Demokrit dan Epikur, terus di masa Yunani kita akan menemui Diderot, Lamartine di masa Revolusi Prancis yang berpuncak pada MARX-ENGELS. Selain itu kita juga akan menemui banyak ahli filsafat gado-gado, setengah idealis dan setengah materialis..
Biasanya musuh Proletar menerjemahkan dan mencemarkan materialisme itu sebagai ilmu yang berdasarkan atas upaya mencari kesenangan hidup tidak terbatas. makan sampai muntah, minum sampai mabuk. Sedangkan idealisme itu diterjemahkan dan dijunjung tinggi sebagai satu ilmu yang berdasarkan atas kesucian yang paling tinggi, lebih memperhatikan berpikir daripada makan, dan kebudayaan yang sampai menjauhi kaum lemah (Anak mami). Dalam keadaan yang benar, dalam kehidupan mereka, kita tidak cuman sekali atau dua kali bertemu dengan orang yang mengaku paham idealis tapi berlaku sebaliknya dari persangkaan itu, sedangkan dalam kalangan materialisme banyak kita dapati orang hidup dengan segala kesederhanaan.
Formasi idealis dan materialis yang dijadikan Engels sebagai ukuran buat memisahkan para ahli filsafat dalam dua formasi, semata-mata berdasarkan atas sikap yang diambil si pemikir, ahli filsafat dalam persoalan di atas. Yang mengatakan pikiran lebih dulu, itulah para pengikut idealisme. Yang mengatakan benda lebih dulu, itulah pengikut materialisme..
Nah, dengan memakai metode seperti ini filsafat akan menjadi lebih muda untuk di pelajari. dengan mengambil satu contoh, satu model saja, kita bisa mengetahui seluk beluknya perkara yang bersamaan dan bersangkutan. Dengan Dahid Hume sebagai ahli filsafat idealis, kita bisa gambarkan semua ahli filsafat idealis dari Plato sampai Hegel. Katanya Hume: "kalo saya memasuki diriku sendiri maka saya akan menemukan berbagai pengertian, berbagai macam gambaran dari suatu benda.
Kalau Hume mau mengetahui apakah benda yang bernama buaya misalnya, maka yang dia insafi itu mulutnya yang panjang, kulitnya yang kasar, beratnya sekian kilo, warnanya yang hitam/kuning, bunyinya itu "apakah pacarmu tidak marah klo saya chat" misalnya. Bunyi itu ada di telinga, dalam badan Hume, bukan pada buaya itu. beratnya di tangan hume, bukan pada buaya, rupanya pada mata Hume, bukan pada buaya. Semua bunyi, rupa dan lain-lain itu dengan perantaraan saraf, berjalan ke pusat, terus ke otak.
Otak mencatat semua variabel yang disebutkan tadi menjadi suatu pengertian. Kata Hume semua pengertian ini ada dalam diriku, bukan diluar diriku. Buaya itu sebagai benda, tidak ada untuk saya. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian.
"Engkau", kata Hume, cuma ide buat saya.
Tetapi engkau buat Hume adalah saya buat uga misalnya dan saya buat Hume, adalah engkau uga. Jadi Engkau disini itu hanya ide, cuman gambaran buat Hume yang juga gambaran buat uga. Hume yang dipandang dari pihak Uga adalah engkau yang satu gambaran, satu ide saja. Tidak ada Hume bagi Uga sebagai orang, sebagai ahli filsafat. Yang ada hanya gambaran dalam otak Uga.
Dengan begitu Hume yang membatalkan benda dan mengaku ide saja, membatalkan adanya dirinya sendiri, mengakui bahwa sebenarnya dia sendiri tidak ada. Seperti inilah akibatnya yang konsekuensi dari idealisme dengan membatalkan adanya benda, dia membatalkan dirinya sendiri.
Seperti itulah para penganut paham idealis dengan memisahkan ide dari benda dan menganggap ide yang pertama, dalam menentang benda sebagai dasar yang pertama, tewas dalam tentangnya, membatalkan/menghilangkan dirinya sendiri. Dengan begitu dia sebenarnya membatalkan filsafat idealisme itu. wkwkwk
Setelah Hume, bisa dibilang filsafat idealisme sudah mati, tetapi barang yang mati itu seringkali menjelma hidup kembali dengan memakai bentuk baru, seperti Pharao Rah.
Emanuel Kant yang terkenal itu, mengkibarkan kembali bendera Hume, tetapi tidak dengan konsekuensi Hume. Kant tidak berjalan terus seperti Hume, tetapi maju mundur. Seperti kata Lenin, filsafat Kant tidak boleh dipakai untuk berkelahi (berdebat) karna bukan wilayahnya. Menurut Kant, kita bisa ketahui dengan pancaindra kita suatu benda, tetapi bendanya sendiri kita tidak bisa.
Kalau sudah diketahui suatu benda dengan pancaindra, apa lagi yang mesti kita ketahui tentang benda tersebut. Begitulah kaum materialisme bertanya. Bagi kaum materialisme hal itu sudah cukup. tetapi buat Kant itu belum cuup. Dia tidak sepenuhnya memihak pada Hume bahwa benda itu tidak ada, yang ada hanya gambaran otaknya. Tetapi dia cari rumput untuk sembunyi dengan memakai benda itu sendiri.
Nah, jawab Engels dalam hal ini, pendek dan jitu. Kata Engels: Dari hari ke sehari itu, sudah menjadi. Benda yang sendirinya itu tidak diketahui, dari sehari ke sehari sudah menjadi benda kita. keterangan Engels tentang itu dulu banyak saya cari tapi tidak ketemu. Tetapi menurut pikiran saya diterhemahkan seperti ini: " Seumpama Air, dulu dianggap oleh nenek moyang kita seperti suatu barang yang ajaib, sekarang kita sudah ketahui zat asalnya, yaitu hydrogen dan oksigen., dia berpadu menurut hukum Dalton. Terus apa rasanya air kalo diraba atau diminum. Berapa beratnya 1 liter. Apa gunanya buat kita, buat tumbuhan dan hewan. Bagaimana sifatnya, dan sebagainya. Nenek moyang kita hanya mengetahui 4 zat saja, di alam ini yaitu air, tanah, udara dan api. Tapi sekarang sudah diketahui 92 zat asli, elementer. Yang diketahui sudah bisa kita periksa dengan perkakas yang kita buat, seperti mikroskop, teleskop, dll. Semua zat yang kita ketahui itu bisa dipadukan satu sama lain. kita pakai buat makanan dan keseatan kita. Kaum penakluk memakai buat meluncurkan torpedo dan bom. Yang belum kita ketahui, sedang kita cari dengan giat dan dengan lebih besar pengharapan mendapatkannya karna teori, cara berpikir dan perkakas kita makin banyak makin baik.
Pada zaman dimana alam yang dulu dianggap ghaib, sebagian besar sudah diketahui bahkan dikontrol. Seperti kata ENgels tadi. Idealis yang lebih licin, karna dia memakai dialektika dan logika dengan cara dan bahasa yang tidak ada tandingannya. Selama ini, ialah Hegel. Lama Marx, walaupun sudah menjadi Marxis, sesudah meninggalkan gurunya, Hegel, didekati Hegelisme. Dengan dua sayap thesis di kanan, amti thesis di kiri dan badan synthesis di tengah, Hegel terbang makin lama makin tinggi sampai silau mata memandangnya.
Bagi Hegel ialah yang membuat benda , yang membuat sejarah, dan membayang pada filsafat. Bukan filsafat yang membuat semua itu. Jadi menurut Hegel sejarah adalah sejarah dunia dan masyarkat yang buat, dan hal ini tergambar pada filsafat. Pada lain tempat, Hegel mengatakan bahwa negara ialah penjelmaan ide itu, ide itu sama dengan metafsik, ide sendiri, ide yang tidak dibuat, yang tunggal, tidak jatuh pada hukum sebab akibat, hidupdan mati, tidak melahirkan atau dilahirkan, tidak takluk pada waktu dan tempat, melainkan tunggal, berkuasa dan sempurna. Absolute ide itu membuat sejarah dunia, masyarakat dan negara, dan ide itu tergambar jelas dan pasti pada filsafat. Absolut ide akhirnya sama dengan metapisik yaitu ghaib, di luar ilmu alam, rohani, dll.
Rohani inilah yang dicari mistikus, murid tarekat Hindu, kalau dua memandang puncak hidungnya saja, kalau beruntung seperti Buddha Gautama, maka leburlah Rohani, jiwanya dengan rohani yang menisi alam ini.
Feuerbach, materialis besar, yang dianggap jembatan antara Hegel dan Marx, mula-mula memakai dialektika juga. Buah pikirannya ketika itu banyak memberi alat pelajaran pada Marx dan engels. Tetapi setelah Feuerbach melamparkan dialektika sebagian besar disebabkan hidup terpencil, seolah-olah terbuang dari pergaulan, maka hasil pemeriksaannya dari Hegel. Hegel dianggap oleh kaum materialis sebagai ujung filsafat yang negatif, yaitu ujung yang membatalkan, ujung yang buntu. Feurbach dianggap sebagai ujung yang positif, yaitu pembuka jalan yang baru ke jalan dialektis materialistis. Kaum marxis sepenuh-penuhnya mengakui kemanjuran senjata dialektika, tetapi membuang idealisme Hegel.
Marx, setelah beberapa lama dikagumi dan dipengaruhi Hegel, akhirnya memasang Hegelisme di atas kakinya. Hegelisme selama ini yang dianggap berkepala di kaki dan berkaki di kepala, dibalikkan sebagaimana mestinya. Bukan pikiran yang menentukan pergaulan melainkan keadaan pergaulan yang menentukan pikiran.
Negara, katanya Marx: " satu hasil dari perjuangan klas". Perjuangan klaslah yang menjadi kodrat pergerakan sejarah masyarakat, kodrat mengubah bentuk negara. Jadi sangat berbeda dengan yang dikatakan Hegel. Zaman berbudak berganti zaman feodal, zaman ningrat. Zaman feodal itu sesudah revolusi prancis pada tahun 1789 bertukar menjadi zaman-kuno dalam pandangan sekarang. Dialektika, yaitu pertentangan yang berlaku pada zaman berbudak, yaitu pertentangan yang berlaku pada zaman feodal, pertentangan ningrat dan tani, pertentangan pemimpin dengan anggota. Pada zaman kapitalisme sekarang pertentangan buruh dan kaum modal. Pertentangan kelas yang berdasar atas pertentangan ekonomi itulah yang menjadi kodrat untuk menumpu masyarakat pada satu bentuk ke bentuk lain, dari satu tingkat ke tingkat lain. Dari masyarakat berdasar perbudakan masyarakat berdasar keningratan, ke masyarakat berdasar permodalan. Jadi pertentangan itu bukan pertentangan ide saja, seperti menurut paham Hegel. Pertentangan antara dua kelas besar yang berjuang, yang sekarang terus berjuang.
Pertentangan kelas yaitu kelas manusia, ialah barang yang nyata, berdasar atas pertentangan ekonomi yang ditajamkan oleh kemajuan teknik. Teknik disini yaitu perkakas yang dipakai dalam pergaulan, perkakas pada zaman ini dimiliki oleh kaum berkuasa dan kaum bermodal, menjadi alat adanya perjuangan kelas dalam masyarakat. Semua perkakas dan kelas manusia, yang menjalankan peranan dalam sejarah kita yaitu benda yang nyata semua. Peranan sejarah, tidak dibuat dan dikendalikan oleh ide., sebagimana juga sejarah tumbuhan, hewan, manusia, bumi dll..
Dengan lahirnya Marxisme, maka Hegelisme terpecah menjadi dua yaitu dialektika idealistis dan dialektika materialistis, yang pertama dipegang oleh kaum yang bermodal dan berkuasa dengan pengikutnya. Yang kedua, oleh kaum proletar yang revolusioner. Diantara dua filsafat bertentangan ini, sudah tentu ada berbagai macam fulsafat maju mundur, filsafat bukan untuk bertarung. Hegelisme yang memang revolusioner terhadap kaum ningrat Jerman, terhadap kontra terhadap revolusioner kaum proletar, sudah tentu baik untuk tempat berlindungnya kaum reaksioner seperti kata MARX: "Dalam bentuknya yang reaksioner, Hegelisme menjadi adat, sebab bentuk ini menerjemahkan keadaan yang ada".
Idealisme tidak akan mati selama masih ada perjuangan kelas, selama masih ada kaum yang menghisap dan menidas. kaum hartawan yang berkuasa pada satu pihak, mengemukakan ide, intelek, pikiran, terhadap kaum tertindas, pada lain pihak dia memakai kemegahan, majizat rohani untuk menina bobokan kaum pekerja supaya mereka rajin, menurut dan taat di dunia yang fana ini, supaya nanti mereka mendapat nikmat, bidadari yang matanya seperti mata burung merpati dan kesenangan keka di akhirat. wkwkwk
Demikianlah seperti dengan perjuangan kelas, idealisme atau berdialektika, membentuk dirinya supaya cocok dengan keadaan kelas yang memeganginya. Dimana kapitalisme masih muda, kukuh karna sedang naik seperti Amerika, maka lahirlah idealisme berupa PRAGTISME yang dikemukakan oleh Jhon Dewey. Filsafat pemikir dari negara yang mempunyai semua yang terbaik ini katanya berdasarkan hakekat yang objektif, yang tenang, tetapi kalo diperiksa lebih dalam, maka nyatalah bahwa hakekat yang objektif ini bergantung pada paham, cita-cita dan perasaan borjuis Amerika, negara merdeka hanya buat borjuasi Amerika. Jhon Dewey mengambil masyarakat borjuis dan paham borjuis sebagai titik permulaan berpikir, ketika Amerika dalam kaya raya. Sekarang, sampai sebelum perang kemakmuran Amerikaa, yang disangka akan kekal tadi, akan menyusul temannya di Eropa Barat. Krisi yang sudah merajalela dan tetap.
Dimana pergerakan buruh berpengaruh sekali seperti di Jerman sebelum perang 1914-1918, maka dalam proletar sendiri idealisme itu tidak berani keluar terang-terangan. Dalam kalangan kaum proletar masuk berbagai macam isme (paham), yang di luarnya berupa materialisme, tetapi pada dasarnya terdapat idealisme. Lenin dalam bukunya: "Empiris-Kritis" dengan terang dan jitu mengemukakan, pemisahan kaum ahli filsafat atas dua golongan, seperti pertama kali dikemukakan oleh Engels yaitu ahli filsafat idealis dan materialis. Dengan sempurnanya Lenin membuka kedok yang dipakai oleh Empiris-Kritis, Machinisme Neo Vitalisme, dll, serta memperlihatkan idealisme yang sebetulnya jadi dasar filsafat mereka.
Di Rusia usahanya Lenin dan Plechanoff, mereka menjatuhkan kekuasaan filsafat idealisme di Rusia dan memaksa dia berkja diam-diam. Dialektis materialsme yaitu ilmu pemandangan dunia yang resmi. Di sebelah barat Eropa, idealisme masih sangat berkuasa dan pada masa ini idealismelah yang resmi. Idealisme mendapat bentuk baru, pakaian baru yang palsu dari ahli filsafat Bergson dan sindikalisme dari Serel. Anarkisme Bergson bukanlah anarkisme beraksi, spserti ilmu yang dipegang oleh anarchis besar, Jalah Bakunin. Bergson, Spengler dan Nietzche inilah yang dipeluk oleh Adolf Hitler dan Nazi. Filsafat Fasisme dianjurkan oleh pemikir Geovani Gentile.
Fasisme, kata pemikir ini, bukanlah sistem yang baru, tata filsafat yang baru, melainkan aksi-baru dan paham baru manusia, katanya pada hakekatnya beragama, manusia dan Tuhan selalu dalam pergerakan kekal untuk perpaduan.
Mari kita sedikit menyelidika, filsafat partai fasis yang sebetulnya pertama sekali menaikkan bendera reaksi di Eropa barat, apabila partai borjuis kacau, partai sosialis maju-mundur, dan partai komunis sebagian tidak berpengalaman, tetapi terutama juga sangsi sebab negara Italia, kalau dikomunikasikan gampang dikepung dan dijatuhkan oleh kapitalisme Eropa barat dan Amerika.
Fasisme kata Geovani Gentile, bukan tata filsafat baru, memang tidak, kalau dipandang dari kacamata idealisme, "aksi baru dan paham baru". Aksi kaum tengah dan paham kaum tengah terhadap proletar dengan pertolongan kapitalis, memang baru dalam perjuangan proletar-kapitalis model baru. Tetapi kalo kita baca Marx dalam buku "18 th Brumaire of Louise Bonaparte", tentang aksi dan paham louise Bonaparte di prancis, maka aksi dan paham fasisme Italis cuma bentuk baru dari aksi dan paham tua. Mussolini, bapak fasisme juga sangat tertarik oleh Napoleon Besar dari Louise Bonaparte sampai dia mentonilkan Napoleon yang orang Italia itu. Bahwa manusia dalam batinnya beragama, ini dibatalkan oleh beberapa penyelidikan yang erang, yang membuktikan beberapa bangsa di dunia tidak mengetahui agama. Akhirnya kalo kita baca "Pergerakan kekal untuk perpaduan manusia dan Tuhan" menurut filsafat fasis itu kita ditarik lagi ke Negara Kapilawasru, ke kaki gunung Himalaya; mengagumkan percobaan Buddha Gautama, mempersatukan rohnya dengan roh alam untuk masuk ke Nirwana. Hanya saja Gautama BUddha tidak seperti MUssolini memakai tongkat dan untuk mematahkan semangat paham musuhnya mateotti, pemimpin sosialis Italia, musuh besar dari Mussolini yang hilang lenyap selama-lamanya untuk melakukan perpaduan dengan TUhan dengan cepat.
Perjuangan kelas tertutup dan terbuka, inilah arti filsafat yang sebenarnya dan arti dialektis yang sebelumnya. Dia bisa melayang tinggi seperti Hegelis dan tinggal di tanah, di perut, seperti dialektis materialisme, tetapi filsafat itu adalah bayangan masyarakat yang bertentangan. bukan bayangan ide eperti kata Hegel. Pada permulaan filsafat itu muncul pokok yang jadi perosalan ialah semua ini. Ahli filsafat bertanya: " Semuanya ini, bumi, langit dan pikiran itu sendiri, apakah artinya ?" Lama-lama persoalan semua ini cerai berai. Bumi dan langit sudah jatuh menjadi ilmu bintang yang sesudah Galilei, Copernicus, Newton, Einsten, dll mendapat hukum yang sementara boleh dikatakan sempurna.
Bumi kita ini jatuh kepada ilmu bumi, geogrpi dan ilmu jatuh pada ilmu alam. Perkara yang berhubungan dengan perpaduan beberapa zat, sehingga mendapatkan sifat baru, termasuk pada ilmu kimia. Ilmu alam yang mulanya memeluk ilmu kimia, sekarang menceraikan diri dari ilmu listrik, yang sekarang karna besar daerahnya dan dalam artinya mesti dipelajari sendiri.
Pemeriksaan atas tumbuhan jatuh pada ilmu tumbuhan, dan pemeriksaan atas hewan dan manusia jatuh pada ilmu hewan dan ilmu manusia. Ilmu hidupnya asal dan penjelmaaannya tumbuhan, hewan manusia jatuh pada biologi, satu ilmu yang bisa dikatakan masih muda dan banyak sekali mengandung arti buat kita. Umpunya perkara evolusi atau pertumbuhan otak dan pikiran dari otak binatang sampai otak manusia. Dan tentu saja satu ilmu dengan ilmu yang lain itu memiliki seluk beluk dan perhubungannya, ilmu alam dan ilmu kimia, mesti diketahui ahli yang mempelajari ilmu kedokteran. Begitu pula ilmu pertanian tidak bisa dipisahkan dari ilmu alam dan ilmu kimia. Seorang insinyur jatuh dan berdiri dengan ilmu alam dan semesta, dan begitu seterusnya..
Setelah keesokan harinya seorang jomblo yang tadi dibahas di awal cerita itu ditemukan tewas di kamar kosnya dengan kondisi yang sangat tragis, dugaan sementara karna telah terjadi ledakan di dalam kepalanya.. wkwkwkw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar