Seni Membangkang - Lentera Kumuh

Breaking

Minggu, 26 Juli 2020

Seni Membangkang

"Mustahil kemajuan terjadi tanpa perubahan, dan mereka yang tidak mengubah pikiran, tidak bisa mengubah apapun." (George Benhard Shaw)


Senjata yang kita butuhkan saat ini adalah pembangkangan atas pandangan/dogma yang sudah begitu lazim, pandangan yang selalu meyakini bahwa apa yang diterima secara umum maka itulah kebenaran yang final. Contohnya rajin sekolah sudah pasti pintar, keyakinan seperti ini tidak pernah kita bicarakan yang akhirnya keyakinan seperti ini menjalar pada yang pintar pasti patuh: yang patuh pasti berhasil. Janji menanam kepatuhan dengan membabi buta. korbannya tidak lain seorang pelajar yang sedang membaca tulisan yang punya pandangan naif seperti itu. Lagi-lagi banyak bukti menunjukkan hal sebaliknya: Kepatuhan bukan landasan keberhasilan. Membangkanlah yang membuat semuanya jadi berubah dan membuat semua hal jadi berbeda hasilnya.

Contohnya Issac Newton yang dibesarkan dalam kemiskinan dan hidup tanpa bapak. Kegemarannya bertanya dan kesangsian atas apa yang dialami. Dia suka sekali mengamati alam semesta sambil berusaha menemukan jawaban. Dia juga tidak menyukai sekolah yang terus menerus mengulang hal yang sama: Dia lebih ingin menjawab kenapa matahari tidak jatuh ke bawah dan berapa jarak bintang dengan dirinya (Ngerikan!! wkwk). Tapi ini bukanlah pertanyaan konyol melainkan upaya untuk merumuskan soal dengan cara yang unik. Akhirnya hukum gravitasi ditemukan olehnya dan sejak saat itu dunia mengalami lompatan kemajuan yang sangat progresif. Dia menemukan pengalaman belajar.

Apa itu pengalaman ? Disini saya mengajak Jhon Dewey untuk menjawabnya.
"Katanya: tiap pengalaman adalah daya penggerak. Nilai pengalaman hanya bisa dilihat dari arah mana dan ke dalam apa ia bergerak... Seluruh pengalaman manusia pada puncaknya bersifat sosial: melibatkan kontak dan komunikasi.. tiap pertemuan dengan pengalaman akan membuat manusia menumbuhkan sikap dan kebiasaan. Tinggal kita yang harus mencari secara pasti dan rinci arah mana yang dijalani, dan kecenderungan pertumbuhan itu mau mengarah ke tujuan apa."

Maka membangkang disini dibutuhkan untuk menggali sebanyak-banyaknya pengalaman. Tiap pengalaman yang menimbulkan sensasi gagasan baru bisa membawa pada kreativitas serta kobaran imaginasi kita. Coba lihat mahasiswa yang aktif dalam suatu pergerakan, mereka berusaha memikirkan hal-hal besar diluar dirinya sendiri dan mencoba membuat kegiatan yang mempengaruhi mahasiswa lainnya (seperti maksud tulisan ini). Tampak yang menonjol dalam diri mereka adalah kepercayaan diri yang tinggi diiringi dengan upaya aktif untuk meyakinkan orang lain.  Seperti ekspresif seperti itulah yang membuat seorang bisa berpikir alternatif: berusaha untuk mencari jawaban di luar apa yang sudah disediakan. Tapi sayangnya hal inilah yang menjadi krisis dalam kehidupan mahasiswa saat ini. Mereka seperti bangkai yang mengikuti aliran air. Mereka lebih percaya pada apa yang dilakukan mahasiswa kebanyakan ketimbang memutuskan untuk bertindak sekaligus berpikir melawan kelaziman. Malas untuk mencari jalan alternatif dan lebih menyukai apa yang sudah terbasa. (Sampah)

Salah satu riset lagi dengan konsumen yang beda. Robert Candini, sosok terkemuka dalam pengaruh sosial, berusaha menjawab apa yang mendorong tindakan seseorang. Dia bersama timnya mencari jawaban "Dorongan apa pada seseorang untuk mengurangi konsumsi listrik." Mereka menyebar angket dengan pilihan tertutup. dari jawaban menghemat Uang hingga banyak orang lain melakukannya. Angket memberi mereka jawaban yang kalo diurutkan dalam parameter akan muncul jawaban meyakinkan. mereka menghemat listrik karna ingin jaga lingkungan. Jawaban keren inilah yang mau dibuktikan dalam tindakan. Robert Candini uniknya melakukan penyebaran plakat pada tiap rumah dengan isi seperti jawaban dalam angket tertutup tadi tapi rekasinya ternyata berbeda. Plakat itu bunyinya beragam dari jagalah lingkungan hidup dengan menghemat energi hingga bergabunglah bersama tetangga anda dalam menghemat energi.

Dan ternyata jawaban mereka semua kebanyakan melakukan tindakan yang tidak cocok dengan apa yang dikatakan. Plakat bergabunglah bersama tetangga itulah yang paling diminati. Riset ini mau bilang bahwa intensif mentalitas kelompok itu mengalahkan intensif moral, sosial dan keuangan. Mentalitas kawanan itulah kunci untuk mempengaruhi: orang pada kenyataannya berpikir lebih sedikit tentang perilaku ideal orang-orang imajiner dan lebih banyak tentang perilaku aktul orang-orang sungguhan. Inilah dunia yang kita huni saat ini, setiap orang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar serta tindakannya mencerminkan apa yang banyak orang lakukan. Persis pada situasi itulah kehidupan kampus kita berjalan: mahasiswa bertindak mengikuti apa yang umum dilakukan oleh mahasiswa lainnya. Jika semua patuh maka setiap orang yang tidak patuh akan kelihatan aneh, menggelikan dan sudah barang tentu, mempertaruhkan masa depan. Sama halnya dengan keyakinan kalo IP tinggi bisa menjawab masa depan lebih baik: meski banyak bukti memberikan data sebaliknya.

Arus seperti ini sangat deras karna ditunjang oleh iklim pendidikan yang membuat tindakan gerakan sebagai tabu. Situasi seperti ini banyak sekali bentuknya, seperti:

"Ada kampus yang sejak awal masuk mahasiswa sudah disodori surat peringatan untuk tidak melakukan tindakan yang mencemarkan atau mengganggu stabilitas kampus. Hal seperti ini justru terang-terangan mencantumkan demonstrasi sebagai perbuatan terlarang dan jika mahasiswa melakukannya maka akan diberi sanksi yang tegas! Ketentuan seperti ini muncul tidak lain hanya karna kekhawatiran pihak kampus jika tumbuhnya kesadaran kritis mahasiswanya sendiri. (JANCUK)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar