Pendidikan Rusak-rusakan dalam kacamata Will Durant - Lentera Kumuh

Breaking

Sabtu, 07 Maret 2020

Pendidikan Rusak-rusakan dalam kacamata Will Durant


Ada dua cara untuk dibodohi: Pertama, dengan mempercayai apa yang tidak benar. Kedua, dengan menolak mempercayai apa yang benar.
#Soren Kierkegaard

Kini kurang lebih disadari bahwa saintisisme (murni pendidikan ilmiah) tidak mencetak manusia seutuhnya. Saintisisme melahirkan setengah manusia. Pendidikan seperti ini hanya menghasilkan bahan baku untuk manusia, bukan manusia jadi. Yang dapat dihasilkan pendidikan seperti ini adalah manusia unilateral, sehat dan kuat, namun bukan manusia yang multilateral dan bijak. Semua orang menyadari zaman murni ilmu pengetahuan telah berkhir. Masyarakat sekarang terancam dengan terjadinya kekosongan idealistis. Sebagian orang bermaksud mengisi kekosongan ini dengan murni filsafat, sebagian lainnya merujuk kepada sastra, seni, dan ilmu-ilmu humanitarian (ilmu-ilmu yang mempromosikan kesejahteraan manusia).

Kerusakan atau kerugian yang dialami oleh sekolah dan perguruan tinggi kita, sebagian besar adalah akibat teori pendidikannya spenser. Spenser mengenai pendidikan adalah pendidikan membuat manusia menjadi selaras dengan lingkungannya. Definisi tidak ada rohnya, dan mekanis sifatnya, serta lahir dari filsafat keunggulan mekanika. Setiap otak dan jiwa yang kreatif menentang definisi ini. Akibatnya adalah sekolah dan perguruan tinggi kita hanya diisi dengan ilmu-ilmu teoritis dan mekanis, sehingga tidak ada pelajaran sastra, sejarah, filsafat dan seni, karna mata pelajaran seperti ini dianggap tidak ada gunanya. Yang dapat dicetak oleh suatu pendidikan yang murni ilmu pengetahuan hanyalah alat. Pendidikan seperti ini membuat manusia tidak mengenal keindahan dan tidak mengenal kearifan.

Yang mengejutkan, meskipun Will Durant menganggap kekosongan ini pertama-tama sebagai kekosongan idealistis yang terjadi akibat pemikiran yang salah dan akibat tidak ada kepercayaan kepada tujuan manusia, namun dia masih saja berpendapat bahwa problem ini dapat dipecahkan dengan sesuatu yang non-material, sekalipun mungkin imajinatif belaka. Menurutnya, menyibukkan diri dengan sejarah, seni, keindahan, puisi dan musik dapat mengisi sebuah kekosongan. Kekosongan ini karna manusia memiliki naluri mencari ideal dan sempurna..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar