Secangkir kopi yang ku teguk dengan penuh nafsu
birahi hingga habis tidak tersisa. Kopi yang ku nikmati di warkop serumpun saat
kantong tak punya apa-apa lagi selain harapan. Merenungi hidup yang selalu aku
puja-puja, lagi-lagi menyesatkanku dipertengahan jalan. Lelaki yang kebingungan
tak mau apa-apa lagi selain masa lalunya yang utuh. Sungguh aku tak mendapatkan
apapun selain tempat untuk mengenyangkan perut dan bertahan dari kesengsaraan,
diriku membatin dan batinku mulai liar. Saya benar-benar larut dalam
kebingungan yang menenggelamkanku dalam hidup ini.
Ku coba mempertanyakan hidup, Lalu apa gunanya aku hidup hingga detik ini, jika pada akhirnya saya tak tahu satupun dari diriku sendiri. Sebuah nama yang diberi oleh bapak agar nanti anak bungsunya bisa berguna dimasa yang akan datang. Dirawat oleh ibu agar nanti bisa menimbang-nimbang tentang dunia yang dipenuhi oleh topeng Joker dan topeng sandiwara. Tapi hingga sekarang berguna untuk diri sendiri saja masih sangat sulit rasanya, bahkan untuk menyingkap topeng-topeng yang ada pada diriku sendiri saya tidak tahu harus bagaimana..
Disini, saya dan segala tentang kehidupanku mencoba bercanda dengan hamparan umur yang tersisa, sedikitpun tidak akan pernah melupakan langkah perjalanan yang telah ku lalui dalam kehidupan ini karna saya percaya bahwa hidup itu sebuah proses yang seharusnya bergerak ke arah yang lebih baik, tentunya dengan cara yang baru untuk menempuh kebaikan tersebut. kita tidak bisa meminta waktu untuk kembali pada masa-masa sulit, tapi yang harus kita lakukan sekarang adalah memperbaiki apa yang tertinggal.
Di ujung malam ini aku masih saja seperti ini, mencari jati diri yg membuatku terpuruk sendiri. Keadaan seperti inilah yang selalu membuatku terpuruk dalam hidup ini, bahkan untuk hanya sekedar memberi maaf kepada diri sendiri rasanya begitu sulit. Entah dengan cara apalagi yang harus saya lakukan agar bisa bercumbu dengan diri sendiri untuk menikmati hidup ini. karna akan ada suatu keadaan dalam hidup ini yang membuat kita menjadi seseorang yang sangat pelit untuk hanya sekedar memaafkan diri sendiri. keadaan-keadaan tersebut membunuh logika, membungkam mulut dengan banyaknya keresahan yang kita munculkan sendiri. Dibalik kebingungan ini menyimpan penolakan banyak hal atas apa yang ku pikirkan. saya tidak lagi percaya ibadah dan imanku, juga termasuk konsep cinta, pacaran dan perempuan karena saya pernah dikecewakan oleh semua hal itu. Hingga diriku sendiri pun tidak saya percaya lagi. Saya menertawakan semua kelaziman-kelaziman yang ditradisikan masyarakat.
Ku coba memikirkan hidup sebagai tragedi,
menertawakannya sebagai lelucon dan menikmatinya sebagai perjalanan, tapi menciptakan
teori baru tidak seperti menghancurkan gedung tua dan menggantinya dengan
gedung-gedung yang mewah. Ini seperti sebuah perjalanan yang jauh, mendapatkan
pandangan baru dan lebih luas, menemukan koneksi antara titik aman dengan
hal-hal yg tak terduga.Dan jika perubahan adalah satu-satunya yang
pasti, maka kepastian akan dimiliki oleh tindakan yg jelas. Tapi Selalu
lebih jauh dan lebih sulit dari apa yang ku bayangkan.
Dengan bahasa yang sangat sopan, diantara deretan kata frontal yang telah terucap di seluruh alam semesta. saya ingin menyampaikan kepada diriku sendiri tentang lahirnya seorang pecundang ke atas dunia. Dan saya tidak akan segan-segan menertawakan diriku sendiri karena dunia juga telah berhasil mempecundangiku.
Dengan bahasa yang sangat sopan, diantara deretan kata frontal yang telah terucap di seluruh alam semesta. saya ingin menyampaikan kepada diriku sendiri tentang lahirnya seorang pecundang ke atas dunia. Dan saya tidak akan segan-segan menertawakan diriku sendiri karena dunia juga telah berhasil mempecundangiku.
Alur kehidupan dari sang penguasa takdir kadang tidak berbanding lurus dengan
harapan kita. Marah, sedih, kecewa dan kebenaran darinya terus mempertarungkan
perkara-perkara yang tidak pernah memperhatikan kekuatan hati yang membuat
kepala dipenuhi oleh sabda-sabda liar darinya. Seolah kebahagiaan telah mati
suri dan kesedihan tetap saja menemukan zona nyamannya. Memperoleh
kearifan bukanlah cuma kegiatan teoritis, kita tdk jadi bijaksana, bersih hati
dan bahagia karena hanya sebatas membaca buku petunjuk. Kita harus terjun,
kadang hanyut atau berenang dalam tindakan, lalu merenung dan merasakannya.
Ujian dan hasil ditentukan disana.Saat ini kebisingan kota yang mengantarkan
langkah untuk sejenak menghindar dari rutinitas karena kenyamanan adalah
penjara kebebasan dan hambatan untuk berkembang. Tiba-tiba nasihat muncul
dalam diri, katanya: Hidup ini terlalu sempit jika hanya bergelut dengan
keramaian. Ini hidup, bukan tempat untuk bermanja. Jadilah pemulung yang
kuat dan cerdas karena hidup adalah sampah yang berserakan. "Jika yang
dikatakan rumah adalah tempat dimana kita mendapatkan kenyamanan dan kasih
sayang, maka orang yg berpetualang lah yg punya banyak rumah".
Ku coba meraba kembali cerita kemarin sore yang mungkin akan menjadi guru terbaik dalam kehidupan sekarang, meskipun saya tidak pernah mendambakan guru seperti itu. Tapi saya tidak akan bisa lepas dari genggamannya. karna takdir telah menciptakan jembatan untuk kita lalui dalam kehidupan ini. Dan ketika takdri sudah sepakat dengan kehidupan ini, maka seluruh isi alam semesta akan menolak keinginan kita. Semesta mendadak begitu mengesalkan, terasa hampa, kosong, bahkan tidak lagi berirama karna tidak ada toleransi lagi yang dapat kita lihat. Maka diamlah salah satu perlawanan terkuat, karna dalam diam terdapat ribuan pembelaan yang tidak terdengar oleh telinga tapi mampu menampar kesadaran kita.
Jutaan kesepiaan kini telah kulalui, dinginnya malam dan pahitnya kopi merupakan sebuah perpaduan yang sempurna dalam kehidupanku. Hari-hari yang semakin disibukkan dengan rentetan kata, kalimat hingga menjadi paragraf perlahan-lahan membuatku lupa segalanya. Tidak ada lagi keindahan yang aku puja dulu. Tidak ada lagi tempat berbagi rasa selain buku dan tulisan. Senja memang akan tetap jingga, tapi itu tidak akan seindah lagi ketika kita mampu memaknai kalimat-kalimat dalam buku. Tidak perlu takut untuk sendiri karna memang untuk menjadi diri sendiri kita harus akrab dengan kesendirian. Kalimat tersebut sudah tertanam di otakku. Maka, merasa sepi bukan lagi hal yang aku takuti. saya tidak lagi khawatir dengan sepi karna kesunyian adalah hal yang sangat menyenangkan untuk kukawani.
Pembelajaran yang dapat saya Tarik dalam misteri kehidupan ini yaitu andai pemikiranku adalah rahasia diriku sendiri. maka jawabannya terletak pada sikapku sendiri, semua perilaku yang dapat saya simpulkan sebagai jawaban. Dengan berbagai gerak-gerik, balasan dan cara seseorang menanggapinya akan membentuk satu kesatuan kesimpulan yang akan saya yakini sebagai kebenaran. Karna itu tidak perlu menunggu dari mulut orang-orang tentang diri sendiri. Huruf demi huruf yang saya berusaha kumpulkan untuk membentuk sebuah kata yang masih tersimpan dalam kepalaku.Hei, kau!! yang biasa disebut hati.kau seperti hutan yang menyimpan jutaan bahaya dengan tajamnya perasaan yang ada di dalamnya. kau juga seperti laut, keindahan yang tidak dapat dinikmati olehku yang tidak bisa menyelaminya.
Setiap malamnya ada yang begitu ikhlas
menggadaikan tidurnya hanya demi membaca kalimat per kalimat, ada pula yang
sabar meraba kata per kata demi sebuah perubahan yang lebih baik dalam hidup.
Ada juga yang begitu taat mengejar, tidak pernah lelah dengan pejuangan yang
begitu menantang naluri untuk sekedar meruntuhkan penolakan. Dia adalah
orang-orang yang hebat, mereka percaya bahwa ribuan kali terbentur akan
membentuk pola pikir yang kuat dan hati yang jernih untuk menemukan diri
sejati.Konsekuensi
dari semua kebingungan yang mederaku, akhirnya saya memperkarakan banyak hal
dalam hidup; palsunya cinta, anehnya nikah, menipunya intelektualitas,
bobroknya moralitas, kuasanya pemerintah hingga praktik iman dan tubuh. Saya
tidak lagi mengimani karena dalam iman ini ada kelemahan. Saya berusaha
sekuat-kuatnya bisa berbuat arif, tapi karena kearifan dan ilmu agamaku hanya
pas-pasan dan secuil, maka yang bias ku lakukan untuk memahami imanku adalah
sekadar menggumam bahwa mungkin ada iman dalam dunia lain, dunia yang saya
seorang saja bisa memahaminya. Saya teringat dengan istilah yang diperkenalkan
oleh psikoanalisis masyhur asal Jerman, Eric Fromm, yaitu: “Tuhan
alam” dan “Tuhan sejarah”. Tuhan alam adalah Tuhan yang ada di
tempat yang siapa pun yang tidak menjangkaunya atau bahkan kau dan aku sama
sekali belum pernah memikirkannya. Sementara Tuhan sejarah adalah Tuhan yang
menyata, Tuhan yang merealitas, Tuhan yang hidup dalam tafsiran dan alam
pikiran manusia. “Tuhan sejarah” inilah Tuhan yang kau dan aku lihat
realitasnya sehari-hari,yakni tuhan yang berdarah, Tuhan yang kerap melahirkan
tikai, perang dan sengketa yang tidak ada putus-putusnya. Fenomena Tuhan
sejarah muncul secara random hampir di semua negeri. Sejarah beragama disini
tidak luput dari sengketa memperebutkan akta pembenaran atas nama Tuhan
(sejarah).
Sepotong
sajak yang mirip puisi Subagio Sastro Wardoyo: melalui dosa kita bisa
dewasa. Terkadang, dosa telah membuat seseorang begitu matang radikal dalam
melihat kehidupan yang makin lama makin gelap. Dosa telah mengantarnya untuk
mereguk nyiyir dan pahitnya iman. Sungguh dosa telah mengantarku untuk mencobai
segala yang sebaliknya yang dipahami para pemangku kitab suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar