Tentang Diri yang Tak Tahu Arah - Lentera Kumuh

Breaking

Senin, 04 November 2019

Tentang Diri yang Tak Tahu Arah



Tentang diri yg lagi-lagi tdk menemukan tujuannya. Secangkir kopi yang ku teguk dengan penuh nafsu birahi hingga habis tidak tersisa. Kopi sachetan yang ku nikmati di kossan saat kantong tak punya apa-apa lagi selain harapan.

Hidup ini terlalu ramai untuk dipaksa sunyi, tentang perjalanan yang tak kunjung sampai pada tujuan, hingga diriku tak tahu bagaimana menyelesaikan tulisan yg telah ku mulai. Bahkan, lembaran-lembaran berikutnya ku biarkan putih polos tak ku goreskan tinta apapun.

Hidup yang selalu aku puja-puja, lagi-lagi menyesatkanku dipertengahan jalan. Lelaki yang kebingungan tak mau apa-apa lgi selain masa lalunya yang utuh. Sungguh aku tak mendapatkan apapun selain tempat untuk mengenyangkan perut dan bertahan dari kesengsaraan, diriku membatin dan batinku mulai liar.

Lalu apa gunanya aku hidup hingga detik ini, jika pada akhirnya aku tak tahu satupun dari diriku sendiri. Sebuah nama yang diberi oleh bapak agar nanti anak bungsunya bisa berguna dimasa yang akan datang. Dirawat oleh ibu agar nanti bisa menimbang-nimbang tentang dunia yang dipenuhi oleh topeng Joker dan topeng sandiwara.

Ahh sial!! Khayalanku seketika terhenti ketika sebatang rokok yang ku hisap hingga habis. Di ujung malam ini aku masih saja seperti ini, mencari jati diri yg membuatku terpuruk sendiri.

Ku coba memikirkan hidup sebagai tragedi, menertawakannya sebagai lelucon dan menikmatinya sebagai perjalanan. dan jika perubahan adalah satu-satunya yang pasti, maka kepastian akan dimiliki oleh tindakan yg jelas.

Selalu lebih jauh dan lebih sulit dari apa yang ku bayangkan. Menciptakan teori baru tidak seperti menghancurkan gedung tua dan menggantinya dengan gedung-gedung yang mewah. Ini seperti sebuah perjalanan yang jauh, mendapatkan pandangan baru dan lebih luas, menemukan koneksi antara titik aman dengan hal-hal yg tak terduga.

Kebisingan kota yang mengantarkan langkah untuk sejenak menghindar dari rutinitas karena kenyamanan adalah penjara kebebasan dan  hambatan untuk berkembang. Hidup terlalu sempit jika hanya bergelut dengan keramaian.

Memperoleh kearifan bukanlah cuma kegiatan teoritis, kita tdk jadi bijaksana, bersih hati dan bahagia karena hanya sebatas membaca buku petunjuk. Kita harus terjun, kadang hanyut atau berenang dalam tindakan, lalu merenung dan merasakannya. Ujian dan hasil ditentukan disana.

Ini hidup, bukan tempat untuk bermanja. Jadilah pemulung yang kuat dan cerdas karena hidup adalah sampah yang berserakan. "Jika yang dikatakan rumah adalah tempat dimana kita mendapatkan kenyamanan dan kasih sayang, maka orang yg berpetualang lah yg punya banyak rumah".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar