Ngopi bareng Cak Dlahom (Ngobrol tentang ramadhan) - Lentera Kumuh

Breaking

Jumat, 24 April 2020

Ngopi bareng Cak Dlahom (Ngobrol tentang ramadhan)

          

Sehari menjelang puasa, saya dan Cak Dlahom sedang ngopi di salah satu kedai kopi pedesaan sambil membincangkan suasana Ramadhan tahun ini yg bisa dikata tidak beda dengan hari-hari sebelumnya. Kita tidak lagi menemukan orang-orang tarwih di masjid, anak muda di jalanan setelah sholat subuh, ibu-ibu beramai-ramai ke pasar, dan lain-lain. 

Di tengah-tengah jeda perbincangan saya dengan Cak Dlahom, saya menarik hp dari dalam tas kecil dan buka WA untuk menulis status "Selamat datang ya ramadhan. Kami rindu padamu". Tiba-tiba Cak Dlahom melihat apa yang saya tulis, lalu dia membacanya berulang-ulang. Saya sangat heran dengan kelakuannya, mungkin ada sesuatu yang mengusiknya dari status yang baru saja saya kirim. Sayapun mencoba menanyakan kepadanya.
"Kenapa cak, sedang belajar membaca yah ?"
'Nanti menjelang lebaran, kamu update status lagi ?'
"Iya cak, update: "Ramadhan kami masih merindukanmu tapi kau cepat berlalu".
Cak Dlahom bertanya lgi: 'Apa benar kamu merindukan Ramadhan ?
"Ya, benar cak."
'kamu senang berpuasa?'
"Senang dong, cak."
'Benar kamu senang puasa?'
"Maksudnya, Cak? (Sayapun mulai kebingungan)
'Menurutmu kenapa orang Islam diwajibkan berpuasa?"
"Supaya bertakwa, cak."
'itu hanya tujuannya.'
"Jadi kenapa ada kewajiban, cak?" (Semakin bingung)
'Menurutmu kenapa ada hukum puasa? Kenapa kewajiban puasa diturunkan oleh Allah?'
"Lah, saya kan yang bertanya, Cak?" (Mulai stress)
'Oke, sesuatu yang diwajibkan adalah sesuatu yang manusia tidak suka mengerjakannya. Kalau manusia suka melakukannya, untuk apa diwajibkan?' (sambil tertawa kecil)
"Ya... Tapi kan tetap wajib puasa, Cak?"
'Tentu saja. Masalahnya: benar kamu suka puasa?'
"InShaAllah benar Cak."
'Cak Dlahom berdiri sambil berkata: kalau begitu, ayo kita usulkan pada Allah agar puasa ramadhan tidak diwajibkan, apalagi hanya sebulan sekali dalam setahun, sebab manusia termasuk kamu sudah suka.'
"Ya tidak begitu juga, Cak" (sambil garuk kepala)
'Lah terus gimana? Kamu suka atau tidak puasa?'
"Sebetulnya sih agak tidak suka juga.."
'Agak tidak suka atau memang tidak suka?'
"Agak.. agak tidak.. tidak suka, Cak." (Dengan wajah yg mulai memerah)
'Lalu kenapa kamu berpura-pura merindukan Ramadhan?'
"Ya gimana lagi, Cak. Setiap tahunnya memang begitu."
'Dan kamu ikut-ikutan, padahal kamu tidak suka puasa?
"Siapa juga yang berani, cak..."
'Itulah masalahmu. Mestinya kamu berterus terang pada Allah bahwa kamu tidak suka puasa, tapi kamu siap dan ikhlas melakukan sesuatu yang kamu tidak suka itu sehingga derajatmu tinggi dihadapan Allah. Kalo kamu suka, ya tidak tinggi derajatmu.' (kata Cak Dlahom)
"Waduh, Cak..."
'waduh kenapa ? Aku tanya ke kamu: orang suka, orang senang, terus melakukan atau menjalani yang disenangi atau disukai, apa hebatnya ?'
"Ya tidak ada, Cak. Biasa aja."
'Jadi, benar kamu suka puasa?'
"Ya sudah, saya akan berterus terang pada Allah bahwa saya tidak suka puasa, tapi saya akan menaati perintahnya dan melakukannya dengan ikhlas."
'Begitu dong, jangan pura-pura terus.'
"Kamu besok puasa, cak ?"
'Apa saya harus bilang dan pamer padamu kalau saya akan berpuasa?'
"Ya.. salah lagi.. saya mau minum kopi dlu, Cak."
(Sambil berkata dalam hati, tidak lama ku siramko nanti kopi Cak) 🙈🙈😂

Tidak ada komentar:

Posting Komentar