~manusia modern adalah orang-orang yang menderita. Ia menderita diakibatkan kehausan mereka untuk dicintai orang lain.~
Hawa yang sejuk, angin bertiup sepoi-sepoi, suasana memutarkan mesin kesunyian, mengombak gelorakan resah hingga waktu mulai berenang. Kurenungkan kota yang luas, berpenduduk kurang lebih puluhan/ratusan jiwa orang, tetapi sebenarnya kota kecil, disana-sini tersebar pabrik-pabrik, kantor pemerintah bertingkat tinggi, gedung-gedung mewah, perusahaan besar dan kecil. Toko-toko yang bagus dan rapi, tetapi kecil buat bandar metropolis. Yang sangat dikagumi sebagai gedung lambang modernisme dalam dunia bangunan adalah besar, indah, kukuh, kuat, tegap melambung ke angkasa menjadi lambang keserakahan dan kepentingan suatu bangsa muda berkemauan baja. Kekuasaan menjadi sarang keserakahan, sarang penindasan, kutu busuk yang tawar-menawarkan kepentingan, dan jaminan atas hak orang lain. Pemimpin adalah suatu perpaduan seni bangun dengan kekayaan dan kecintaan yang suci murni, demikian kekuasaan adalah perpaduan atau lebih tepat percampuran kerakusan dengan semangat penindasan dan kebiadaban yang cukup kita kenal.
Di tengah-tengah samudra kekosongan ini, di waktu malam yang sunyi, yang cuma diusik-usik oleh karetan kata yang dicerna oleh otak, lahirlah pemikiran yang semakin jauh di belakang. Lebih banyak pahit daripada manisnya. Konflik hebat di dalam diri yang belum selesai, semakin bertambah konflik masyarakat dan pertentangan tajam dalam masyarakat yang akan ditempuh, dan juga pertengkaran jasmani dengan keadaan, serta pergulatan antara akal dan hati. Tiba-tiba Pram membisikkan ke telinga batinku, Kodrat manusia kini dan kemudian ditentukan oleh penguasaannya atas ilmu dan pengetahuan. Semua pribadi dan bangsa akan tumbang tanpa itu. Melawan pada yang berilmu dan pengetahuan adalah menyerahkan diri pada maut dan kehinaan. Bumiku, bumi manusia ini, kehilangan segala kepastiannya, semua ilmu dan pengetahuan meruap hilang. Sekali dalam hidup kita mesti menentukan sikap. Kalau tidak kita tidak akan menjadi apa-apa.
Tinjauan ini mungkin tidak akan susah dilakukan jika kita memandang dengan cara meninjau alam raya dengan memisahkan yang positif dan negatif serta yang menarik dan yang menolak. Pada dasarnya ada dua kondrat terbesar yang menggerakkan jiwa semu yang hidup, termasuk jiwa manusia, yaitu kehendak untuk hidup dan kehendak jangan mati. Kalau kehendak yang pertama kita sebut positif, maka yang kedua adalah negatif. Kalau umumnya hasrat manusia merengkuh-menarik yang pertama, maka dia berarti berhasrat menolak yang kedu. Dalam arti yang konkret, yang nyata berlaku sehari-hari, yang pertama itu merupakan mencari alat hidup seperti makanan, minuman, pakaian, perumahan, dan lainnya. Sedangkan yang kedua merupakan menolak bahaya dari penyakit dan kelaparan. Jadi kita memerlukan perjuangan hak, artinya perjuangan merebut hak yang positif dari yang negatif tadi.
Jika kita membuka sejarah perjuangan di Inggris, Amerika, Prancis, Rusia itu bukanlah perjuangan individu melawan orang lain, melainkan perjuangan satu golongan melawan golongan lain untuk mendapat kebahagiaan hidup dan menolak bahaya bagi kepentingan golongan itu sendiri. Hal ini tidak mengubah hasrat perjuangan tadi ialah mendapat positif dan menolak yang negatif. Mungkin perhatian kita akan tersesat kalau mempelajari semua hak yang diperoleh golongan dalam perjuangan Borjuis melawan ningrat di Prancis dan Inggris, nasionalis Amerika melawan Inggris dan proletar melawan ningrat Borjuis di Rusia. Sebenarnya cukup kalo kita kupas saja semboyan dalam revolusi Prancis yaitu kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan, semboyan yang bisa menggerakkan jiwa manusia tertekan.
Pada dasarnya makna positif dari semboyan kemerdekaan itu ialah mencari nafkah seperti bertani, berdagang, dan membangun perusahaan dan merdeka untuk menjalankan pekerjaan tersebut serta merdeka memiliki, menjual atau nafkah dan akhirnya memilih wakil untuk lembaga politik daerah atau pusat, merdeka pula menganut paham atau membelanya dengan lisan maupun tulisan. Sebaliknya negatif, ialah bebas dari ikatan feodalisme yang berhubungan dengan pencarian hidup itu dan bebas pula sewenang-wenang polisi atau mahkamahnya pemerintah bersama pengikutnya. Persamaan adalah derajat dituntut oleh kaum Borjuis Prancis, supaya hak itu, baik positif maupun negatif sama rata, boleh dimiliki oleh seluruh rakyat, mulai dari ningrat pendeta kaum Borjuis ataupun ploretariat perusahaan dan pertanian. Persaudaraan, dalam hakikatnya ialah persamaan pelayanan satu dengan daerah lainnya terhadap pengeluaran dan pemasukan barang, yakni bea dan cukai. Bea dan cukai jangan menghambat satu daerah dengan daerah lain di Prancis sebagai bagian dari negara yang bersatu-bersaudara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar